Halo Patah Hati. Aku Kembali
Kau tersandar diujung sandaran sofa berwarna merah dan terlihat cukup lelah. Namun jujur saja aku cemburu, apa nyamannya dia sedangkan bahuku cukup empuk untuk menahan letihmu atau mungkin dukamu di masa lalu. Pertemuan pertama yang cukup lucu, setelah aku bersikeras meminta bertemu hanya untuk mengabsen di mata indah mu, kalau aku masih berhadiri dan menunggu. Dan, Ah... Senyummu masih saja tidak berubah, selalu berhasil memporak porandakan seisi perut setelah empat tahun lalu pertama aku mengabsen namamu.
Oke, mungkin paragraf pembuka di atas telihat berlebihan. Tapi jujur dari tadi gue bingung mau menulis apa hanya untuk membuka tulisan, setelah sekian lama rumah ini tinggalkan. Seperti pertemuan pertama setelah sekian lama hanya bisa memantau dari story instagram.
Tau kan, rasanya kayak sedikit agak canggung. Setelah hampir satu tahun blog ini matisuri dan hari ini resmi untuk bangun kembali.
Bukannya gue nggak rindu untuk melakukan aktifitas yang menyenangkan, sebuah hobi yang dibayar pula. Namun pada akhirnya semakin bertambah usia ada hal yang harus lebih diprioritaskan.
Beberapa teman dekat menyayangkan ketika mereka tahu kalau gue memutuskan untuk berhenti menulis, tapi pada akhirnya gue malah kembali hhe. Ada kesedihan tersendiri saat gue memutuskan untuk berkata "cukup" kemarin, tapi jujur gue nggak pernah berniat untuk berhenti menulis, ya walau pun gue sadar diri, apa sih bagusnya yang gue tulis selama ini, toh isnya cuman curhatan dari masa silam yang rumit.
Tapi setidaknya ada banyak hal yang bisa gue ceritakan buat anak dan cucu kelak, menanfaatkan sebuah teknologi sebaik mungkin yang bisa membawa gue untuk melakukan berbahagai hal baik.
Jadi alasan gue lama nggak ngeblog cuman jeduh?
Salah satunya. Dan salah dua adalah ketika gue merasa apa yang gue tulis dan bagikan ke sosial media, hanyalah sebuah keegoiskan dari diri gue pribadi.
Maksudnya gini. Gue masih ingat banget tujuan kenapa awal mula gue ngeblog "semua hanya karena kesenangan" gue bener-bener merasa cukup bahagia ketika apa yang gue rasakan bisa tersampaikan melalui tulisan.
Dan akhir tahun 2016 gue merenung dan melihat kembali perihal apa yang gue tulis. Apa yang gue tulis mungkin bisa saja bermafaat untuk sebagian orang namun gue sadar bahwa yang gue tulis hanyalah karena uang semata.
Gue menulis bukan karena gue bener-bener butuh menyalurkan emosi tapi lebih karena menulis oleh uang. Tidak masalah memang toh hobi yang menjadi lahan rupiah adalah sebuah kebanggan, namun sekali lagi gue benar-benar sadar bahwa yang gue lakukan hanyalah sebuah kesenangan bukan kepuasan batin.
Dan puncaknya ketika gue bertemu dengan Agung Aritanto seorang teman yang cukup kritis dengan apa yang gue tulis. Jadi dia adalah salah satu pembaca yang cukup setia membaca tulisan gue sejak tahun 2011 saat itu gue sedang menulis derita anak magang. Lalu ketika kami kumpul-kumpul dengan teman satu komunitas dia bilang ke gue.
"Gue ngerasa tulisan lo itu sampah belakangan ini dit ,bukan tulisan yang selama ini gue kenal sebagai adit."
Oke... sebenarnya gue lupa gimana kalimat Agung kemairn tapi isinya kurang lebih kayak gitu. Semua kekecawaan dari pembaca setia.
Maaf gung, sengaja gue kasih blog sama garis bawah...
Lalu ketiga.
Soal pekerjaan. Pada akhirnya gue harus tahu yang mana harus benar-benar gue prioritaskan. Tepatnya semester dua tahun kemarin, gue diberi jabatan oleh sekolah dikasih tanggung jawab yang lebih dan gue cukup merasa bersyukur, karena artinya gue diberi kepercayaan. Dalam kesempatan itu gue mau buktiin dan pengen mengembangkan bakat siswa siswi gue di sekolah, gue jadi lebih banyak meluangkan dan memberikan waktu untuk sekolah.
Sedikit sedih, iya. Separuh waktu dalam 24 jam yang gue punya hampir tidak ada untuk diri gue sendiri, pulang-pulang matahari sudah mau pergi sampai rumah isterahat adalah prioritas kedua. Seandainya dalam sehari kita diberi waktu 48 jam.
Terus apa gak ada yang bisa gue kerjain lagi?
Ada.
Mungkin yang masih follow gue disosmed pasti tahu hal apa yang sering gue share, Yap! Kopi. setidaknya si pekat itu menyelamatkan gue dari hal-hal menyibukkan, gue juga sempat magang jadi barista di salah satu coffee shop punya temen.
Mungkin tulisan selanjutnya gue bisa kali ya share pengalaman soal kopi. hhe
Oiya, satu lagi.
Tulisan selanjutnya gue mau bahas soal buku kedua. Tepatnya buku sajak, baca ya entar tulisannya.
//
Jadi... bisa kita mulai lagi?
Wih akhirnya ka adit kembali lagi menulis. Ya namanya rumah, sejauh apapun pergi pastinya tetap kembali. Hahaha
ReplyDeleteSelalu tidak pernah luput dari ciri khas typo ya tulisan ka Adit 😂😂😂
tetap ai mantan kdmau dibawa balikan
Deletewuiiiii selamat datang kembali kak Regas di dunia perblogeran~~~
ReplyDeletesemoga istiqomah lagi ngeblognya, banyak pembaca nungguin, termasuk aku
kapan lalu aku ke sini, berdebu. beberapa kali ke sini, eh masih berdebu
hehe
aku juga pernah dapat tamparan keras dari salah seorang pembaca setia blogku. dia adalah pacarku (sekarang udah mantan sih).
bilang kalo saat itu, blogku bukan aku banget, isinya iklan melulu. menampar banget sih, tapi waktu itu aku easy going aja. eh dipikir-pikir, iya juga ya. aku juga jenuh baca blog yang isinya kayak daftar belanjaan. kemudian kurefleksikan kepada diriku sendiri. ternyata nggak enak kalo blognya isinya jualan melulu.
maka, sejak saat itu, aku mengusahakan supaya harus ada dua tulisan pribadi sebelum aku menerbitkan tulisan berbayar. harus diselingi gitu. gara2 itu sih, mau gak mau aku harus rutin nulis.
kemudian kalo tulisan berbayarku udah ada yang komen, aku harus sgera bikin tulisan baru, begitu sih
kalo untuk udah gak bisa aktif kayak dulu lagi...
DeleteNah loh, bawa-bawa mantan haha
Tips yang cukup oke kalau mungkin gue nerima job kayak dulu
Wuih. akhirnya. Semoga terus konsisten bang. Ehe.
ReplyDeletekonsisten nggak aktif nulis lagi hahahaa
DeleteWuiih, akhirnya jadi pengucap yang ke sekian dari sambutan-sambutan wuiih yang telah ada, wkwk. Sejak baca tulisannya Mas Regas yang kemaren, ane rasa ane mulai tertarik buat pantengin (scroll the old article in this site and read it) tiap tulisannya mas Regas. Tapi kok setelah dipantengin kayak ada yang salah kok seakan2 judul artikel yng kemaren aja yng muncul hampir 1 taun wkwk. "Ada apa ini"kan dalam hati. Oh ternyata karena sejumlah problematika toh :D.
ReplyDeleteYah si Mas, semua itu pasti ada problematika, entah problem hati, problem hidup, problem pikiran. Sampai ingin makan pun ada problemnya juga :D. Yah terkadang semua problem itu tercipta dari kondisi diri kita sendiri, baik dari perasaan kita maupun tindakan kita.
Tapi setiap problematika pasti ada penyelesaiannya.
Yah saran ane si apapun yng kita geluti dan kita tekuni saat ini, lakukanlah dengan hati yang lapang, bukan senang hati mas. Karena menurut ane melakukan dengan senang hati itu cuma ada di hobi dan passion wkwk. Untuk masalah yng kita geluti seperti pekerjaan, itu adalah prioritas utama. Mau tidak mau harus dilakukan dengan hati yang lapang sehingga mempermudah apa yang kita geluti saat ini.
Jadi tetap istiqomah aja mas Regas, tetap berkreatifitas dalam berkarya tulis :D
Problematika remaja masa kini. Yang pasti udah gak bisa kayak dulu lagi karena makin kesini kerjaan prioritas harus diutamakan.
DeleteInsya Allah, mudahan masih bisa menulis walau dalam media lain.
Bisa. Selalu Bisa memulai. Tidak Ada kata terlambat sebelum janur kuning melengkung. Eehh..! Apa siih..
ReplyDeleteAku juga 2 bulan terakhir mengkambing hitamkan kesibukan di sekolah untuk alasan tidak menulis. Hmm Sedih..
Cukup rum cukup...
DeleteMasing mending km 2 bulan nah aku setahun haha
selamat datang kembali.
ReplyDeletesaya pribadi apreciate beud sama yg bisa kembali dari hiatus.
sumpah, bangun dari hiatus itu luar biasa sulit, hanya org2 keren sja yg bisa kembali. #eh
Insya Allah mba, tapi gak bisa sekonsisten dulu lagi
DeleteSelamat datang kembali, emg rumah tempat ternyaman untuk kembali. Sesukses2 jadi pekerja, pasti nanti akan ingat blog juga, GAS!
ReplyDeleteBerat bahasanya ini mah
Deletebelum sembuh luka...kini luka itu semakin dalam...!!!
ReplyDeleteS E R A H -..-
DeleteMenulis itu ekspresi jiwa :)
ReplyDeleteNo matter indeed the hobby that becomes the land of the rupiah is a pride, but once again I really realize that all I do is a pleasure not inner satisfaction.website backup
ReplyDelete