Musium Wasaka & Soto Bawah Jembatan

Jadi beberapa waktu lalu, gue diajak pergi ke Museum Wasaka sama Kakak sepupu gue Andre, ketika sore hari. Kami tidak hanya berdua, tapi ada dua orang lagi yang ikut. Gue kurang tahu namanya siapa, karna mereka adalah teman satu kelas Andre, di kampus mereka Sari Mulia (sekolah perawat). Andre ngajak gue jalan ke musium bukan mau berkunjung kesana, tapi buat nemenin nge’refres otak dia dan teman-temannya, karna baru saja selesai ujian. Kata Andre sih, dia stres berat karna baru aja satuminggu full menghadapi ujian. Perjalanan menuju musium wasaka tidak lama, hanya sekitar 15menit dari rumah gue, sudah bisa sampai disana. Museum Wasaka ini, terletak di jalan Benua Anyar Banjarmasin, tepat di bawah jembatan Benua Anyar atau di depan kampus STIMIK Banjarmasin. Setelah menuruni jembatan Benua Anyar gue, Andre, dan teman-temannya memarkir motor tidak jauh dari musium.

Di samping musium ini, terdapat taman kecil yang dibuat oleh pemerintah setempat. Tapi yang sangat disayangkan tempat ini tidak terpelihara dengan baik. Selengkapnya baca tulisan gue yang ini: http://kayuhbaimbai.org/musium-wasaka-tidak-terpelihara.php

Tepat disekitar musium, gue menemukan banyak orang. Iya orang. Banyak. Mereka sedang ahh... masyaallah. Sudahlah gue gak sanggup ceritain. Jadi jangan paksa gue buat kasih tahu. Jadi mereka asik foto-foto di sekitar musium tersebut dengan berbagai gaya dan motif. Ada yang berfoto dengan gaya anak-anak emo yang lagi defresi, ada yang bergaya sikap lilin, ada juga yang bergaya sakit pinggang. Yang ini pasti kekurangan minum hailo.

Ketika di depan musium, sebenarnya gue pengin masuk musium tersebut, tapi sayangnya musiumnya dikunci dengan rapat. Entah mungkin gue datang diwaktu yang tidak tepat, saat penjaga musium sedang tidak ada atau sedang menghadiri kelahiran anaknya. Mungkin lain waktu gue bakalan kesana lagi dan mengenal lebih dalam sejarah perjuangan kota kelahiran gue ini, Banjaramsin.

Nah pas gue lagi asik foto-foto, ternyata ada rombongan mahasiswa dari kampus lain lagi jalan-jalan ditempat ini juga. Andre dan teman-temannya, yang juga berstatus mahasiswa langsung menunjukkan insting mereka, sebagai mahasiswa fakir asmara. Para mahasiswa semester 3 ini, langsung mendekati rombongan kakak mahasiswa yang sedang asik duduk tepat di depan tangga musium, entah apa yang dibicarakan Andre tiba-tiba mereka semua minta di foto. Gue yang pemalu ini diajak foto bareng sama mereka semua, tapi gue gak mau. Gue cuman jadi tukang foto mereka.

Sebenarnya sih gue dipaksa buat ikutan foto bareng mereka, salah satu kakak mahasiswa cewek dari sekolah lain menawarkan dirinya ke gue. Oke maksudnya menawarkan untuk gantiin gue jadi tukang foto, tolong jangan berfikir macem-macem dulu tolong.

Dan gak lama mereka tukeran nomer HP. Ahh beginilah rupanya para mahasiswa fakir asmara, gue berharap nanti setelah jadi mahasiswa udah bisa move on, dan bertemu dengan orang yang gue butuhkan. Gue lihat wajah ketiga mahasiswa yang tadinya lusuh seperti baru dapat nilai rendah (beneran baru dapat nilai rendah), sekarang sudah agak mendingan. Mereka terlihat gembira, ketawa mesum, baru dapat nomer HP anak-anak cewek dari kampus lain itu. Dan gue cuman bisa nyengir mual-mual.

Sepulang dari Museum Wasaka, kami makan-makan dulu di Soto Bawah Jembatan. Nah lo? Agak aneh kalau denger namanya, kalau di bawah jembatan biasanya tempat tidur gepeng sejenisnya. Kalau di Banjarmasin mah di bawah jembatan ada yang jualan soto. Taukan sama soto? Itu loh salah satu kota yang dijadikan  judul lagu... ”Bengawan Soto”

Soto Bawah Jembatan terletak tidak jauh dari Museum Wasaka, hanya di seberang sungai museum ini aja. Kalau kalian bisa lihat, coba perhatikan foto di atas itu di pojok sebelah kirinya, nah tepat di bawah jembatan itu ada yang jualan Soto Banjar. Biar lebih jelas gue kasih fotonya nih...

Soto Bawah Jembatan, rumah makan ini cukup terkenal di Banjarmasin dan namanya yang cukup unik sangat mudah untuk diingat, pokoknya crikhas banget. Di rumah makan ini, menjual berbagai jenis makan yang umum ditemukan di kota Banjarmasin. Seperti Nasi sop, nasi rawon, nasi kuning, lontong, sate, dll. Tapi tetep makanan yang menjadi ikon-nya adalah Soto Banjar.

Jadi kemarin gue pesen satu piring Soto Banjar. Biasanya juga Soto Banjar ini, dipakai untuk acara kawinan, ulangtahun, dll oleh warga Kalimantan Selata, karna proses pembuatannya tidak terlalu ribet. Dan waktu yang pas untuk menikmati sepiring Soto Banjar adalah ketika hari minggu, iya hari minggu. Karna hanya di hari minggu lah, gue bisa makan Soto Banjar sepuasnya free. Syaratnya gampang, cukup SKSD atau gak pasang muka meyakinkan. Makannya tentu bukan di rumah makan, tapi di kondangan.

Ketika lagi makan-makan gue sempet ditanya sama salah satu dari temen Andre.

”Eh kapan pengumuman kelulusan SMA/SMK?”
”kalau gak salah, antara tanggal 24 atau 26 gitu deh,”
”Terus gimana, positif lulus gak?”
”Aduh gimana ya...” gue membayangkan pas pengumumuman entar, sambil ngupil. “Gue kemarin mimpi gak lulus...”
”Wahhh selamat!!!”

Lempar botol kecap.

Disaan lagi asik menjilati piring Soto Banjar, tiba-tiba datang dua orang cewek duduk di belakang tempat kami.

”Eh cin, besok jadwal kita kuliah apa?” kata salahsatu diantara mereka, suaranya emang pelan tapi nyaring. Nah lo?
”Bahasa Jerman sama Arab...”

Tiga mahasiswa bersama gue ini, setelah mendengarkan dua orang cewek di belakang, tiba-tiba mereka beraksi dan gak mau kalah juga.

”WOY BRO!” kata Andre seperti teriak maling, biar terkesan ramai.
”Apa bro santai-santai...”
“BESOK KITA DI KAMPUS JADWAL-NYA REMEDIAL APA!!!”

Nelen garpu…

~(^.^~)(~^.^~)(~^.^)~

Jadi setelah UN berakhir, gue dilarang keras ke sekolah sama guru-guru. Kata mereka sih sudah enank liat muka gue, lagian juga gak ada yang perlu gue kerjain lagi di sekolah. Nah selama log holiday, gue cuman ngabisi waktu untuk bernafas. Gue coba cari kegiantan yang baru, yang gak pernah gue lakuin. Dan akhirnya saat gue lagi facebook’an, gue nemu PP(Photo Profil) salah satu temen gue, yang make foto Boneka Danbo.

Gue penasaran gimana cara buat boneka kardus ini, yang selalu keliatan galau maksimal. Lalu gue shrecing di google nyari-nyari paperchraf-nya dan nemu, langsung gue dw dan print di warnet depan gang. Setelah sampai di rumah, gue mempersiapakan peralatan seperti gunting, lem, dan kater. Setelah gue potong satupersatu paperchraf-nya, gue taruh di dalam wadah supaya gak terbang ketiup angin.

Pas mau bikin Danbo-nya, tiba-tiba gue baru sadar, kalau gue gak tahu cara buatnya… banyak potongan-potongan yang asing bagi gue. Gue dibuat galau oleh boneka kardus yang  galau forever.

Setelah dua minggu baru selesai. ffiiiuuuhhh….

Nah yang di bawah ini, foto-nya gue edit pake Soto Shop, bukan Soto Banjar. #eaaaa

Ohh mianhae Dina, novel mu masih saya sandra. Maaf ya belum kelar bacanya. (≧∇≦)/  ~kkk

 Riview novel: Rain over me